Demo Nasional 25–29 Agustus: Tuntutan Rakyat Melebar, DPR & Polisi Jadi Sasaran Amarah

Tuntutan terhadap DPR berubah jadi amarah nasional usai tragedi Affan Kurniawan. (Net)

Jakarta, KITAANALISA, com– Gelombang aksi unjuk rasa yang melanda berbagai kota besar di Indonesia sejak 25 Agustus 2025 kini berkembang menjadi krisis sosial-politik berskala nasional. Aksi yang semula dipicu oleh protes terhadap kenaikan tunjangan anggota DPR, kini meluas menjadi kemarahan publik terhadap aparat kepolisian setelah seorang pengemudi ojek online tewas dalam bentrokan.

Demonstrasi bermula dari kekecewaan masyarakat terhadap besarnya tunjangan anggota DPR—sekitar Rp50 juta per bulan, di tengah gelombang PHK massal, krisis biaya hidup, dan kenaikan pajak daerah. Aksi awal berlangsung di Jakarta, namun dalam dua hari menyebar ke Bandung, Surabaya, Makassar, Medan, hingga Palu.

Para demonstran menyuarakan empat tuntutan utama:

  1. Pencabutan kenaikan tunjangan DPR,
  2. Penghapusan sistem outsourcing,
  3. Kenaikan Upah Minimum Provinsi (UMP), dan
  4. Pemerataan keadilan ekonomi.

Puncak ketegangan terjadi pada 28 Agustus saat massa mengepung kompleks DPR RI. Aparat membalas dengan gas air mata dan water cannon, memicu aksi saling dorong dan ricuh. Pada malam hari, seorang pengemudi ojol bernama Affan Kurniawan (21) tewas setelah terlindas kendaraan taktis Brimob. Video kejadian viral di media sosial dan memicu gelombang solidaritas serta kemarahan nasional.

Ribuan pengemudi ojol menggelar pawai duka nasional keesokan harinya. Arah tuntutan massa pun bergeser, tidak hanya kepada DPR, tetapi juga terhadap kepolisian dan pemerintah pusat.

Pada 29 Agustus, situasi memanas di berbagai kota:

  • Makassar: Gedung DPRD dibakar, 3 orang tewas dan 5 luka-luka.
  • Bandung: Rumah dinas MPR dibakar, tiga polwan terluka, ratusan terkena gas air mata.
  • Surabaya: Gedung Grahadi dilempari Molotov, layanan MRT dan bus kota lumpuh.
  • Yogyakarta: Kantor pelayanan SIM dibakar, Sultan HB X turun tangan.
  • Pontianak & Palu: Aksi demonstrasi disambut represif, tembakan gas air mata dilemparkan ke arah massa.

Di Jakarta, puluhan halte TransJakarta dibakar, MRT hanya beroperasi secara terbatas, dan layanan Mikrotrans dihentikan.

Kini, tuntutan massa mencakup:

  • Reformasi menyeluruh di tubuh kepolisian,
  • Pertanggungjawaban atas tewasnya Affan Kurniawan,
  • Pembubaran DPR, hingga
  • Pengunduran diri pejabat terkait.

Presiden Prabowo Subianto menyatakan keprihatinannya dan meminta investigasi menyeluruh. Ia mengunjungi keluarga korban dan memastikan 7 anggota Brimob telah ditahan untuk pemeriksaan internal.

Aksi yang meluas turut mengguncang sektor ekonomi:

  • IHSG anjlok 1,5% pada penutupan Jumat (29/8),
  • Rupiah melemah 0,8% terhadap dolar AS,
  • Investor asing mencatat net sell hingga Rp1,2 triliun dalam seminggu terakhir.
  • Bank Indonesia menyatakan siap melakukan intervensi stabilisasi pasar.

Sejumlah organisasi HAM dan akademisi memperingatkan bahwa kekerasan aparat yang terus dibiarkan dapat mengarah pada kemunduran demokrasi dan krisis legitimasi pemerintahan. Mereka mendesak dibentuknya komisi independen untuk menyelidiki kekerasan selama demonstrasi. (ARN/Net).

Tinggalkan Komentar